Kisah dibawah ini saya kutip dari majalah “Nurul Hayat”
edisi 102.
Ketika
nabi musa sedang bermunajat di bukit tursina,beliau berdo’a: “Ya Allah
tunjukkanlah keadilan-Mu kepadaku.”Allah pun berfirman kepada musa,”Jika Aku
menampakan keadilanku kepadamu,engkau tidak akan sabar dan tergesa-gesa
menyalahkanku.”Lalu musa berkata,”dengan taufikMu,aku akan bersabar menerima
dan menyaksikan keadilanMu.
Allah
berfirman,”pergilah engkau ke sebuah mata air,bersembunyilah di dekatnya dan saksikanlah apa yang akan
terjadi.”Musa mengikuti perintah Allah,ketika sedang sembunyi beliau menyaksikan seorang penunggang kuda
yang membawa kantong harta yang cukup
banyak hendak mengambil air ,ia memarkir kudanya agak jauh dari mata air,karena
tergesa-gesa sampai lupa membawa kantong
miliknya.Tak lama kemudian datanglah seorang anak kecil yang melihat
harta orang tersebut dan tanpa piker
panjang langsung mengambil nya lalu pergi,setelah itu datanglah kakek yang hendak
melakukan sholat dan berniat untuk mengambil air wudhu,bersamaan dengan itu
datanglah sang pengembara,dan langsung menuduh Si Kakek mengambil hartanya,tetapi
sang Kakek menyangkal,karena kesal dibunuhlah si kakek tanpa rasa iba,kemudian
pengembara itu menggeledah baju si kakek,dan ternyata dia tidak menemukan
apa-apa.
Saat
melihat kejadian tersebut,nabi Musa protes kepada Allah SWT,”Ya Allah hamba
sungguh tidak sabar melihat kejadian ini,namun hamba yakin Engkau maha
adil,mengapa bisa seperti ini?”Tanya nabi Musa.Untuk menjawab pertanyaan
Musa,Allah mengutus malaikat Jibril untuk menjelaskan apa yang terjadi.”Wahai
musa,Allah maha mengetahui hal-hal ghaib yang tidak engkau ketahui,anak kecil
itu sebenarnya mengambil haknya sendiri,dahulu ayahnya pernah bekerja pada
penunggang kuda itu tetapi jerih payahnya tidak dibayarkan,jumlahnya sama
persis dengan harta yang diambil anak itu.Sementara si kakek adalah orang yang
membunuh ayah anak kecil itu sebelum mengalami kebutaan.
Betapa
pentingnya kita mengenal (Ma’rifah )kepada Allah,agar hati kita selalu
berprasangka baik kepadaNya,sering karena keterbatasannya manusia tidak mampu
membaca keadilan Allah secara tepat,dan mengganggap Allah tidak adil karena
keputusannya merugikannya.
Allah
maha adil dan memberikan sesuatu kepada manusia dengan jalan terbaik menurut
perhitunganNya bukan menurut nafsu dan kepentingan kita.Jadi tidak ada satupun
ketentuan Allah yang gagal dan buruk,namun kitalah yag belum mengerti
hakikatnya.
“Boleh
jadi kamu membenci sesuatu,padahal ia amat baik bagimu,dan boleh jadi kamu
menyukai sesuatu,padahal ia amat buruk bagimu.”(QS,Al-Baqarah 216)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar