Minggu, 15 Juli 2012

PENUNGGANG KUDA,KAKEK BUTA DAN ANAK KECIL


Kisah dibawah ini saya kutip dari majalah “Nurul Hayat” edisi 102.
                Ketika nabi musa sedang bermunajat di bukit tursina,beliau berdo’a: “Ya Allah tunjukkanlah keadilan-Mu kepadaku.”Allah pun berfirman kepada musa,”Jika Aku menampakan keadilanku kepadamu,engkau tidak akan sabar dan tergesa-gesa menyalahkanku.”Lalu musa berkata,”dengan taufikMu,aku akan bersabar menerima dan menyaksikan keadilanMu.
                Allah berfirman,”pergilah engkau ke sebuah mata air,bersembunyilah  di dekatnya dan saksikanlah apa yang akan terjadi.”Musa mengikuti perintah Allah,ketika sedang sembunyi  beliau menyaksikan seorang penunggang kuda yang membawa  kantong harta yang cukup banyak hendak mengambil air ,ia memarkir kudanya agak jauh dari mata air,karena tergesa-gesa sampai lupa membawa kantong  miliknya.Tak lama kemudian datanglah seorang anak kecil yang melihat harta orang tersebut  dan tanpa piker panjang langsung mengambil nya lalu pergi,setelah itu datanglah kakek yang hendak melakukan sholat dan berniat untuk mengambil air wudhu,bersamaan dengan itu datanglah sang pengembara,dan langsung menuduh Si Kakek mengambil hartanya,tetapi sang Kakek menyangkal,karena kesal dibunuhlah si kakek tanpa rasa iba,kemudian pengembara itu menggeledah baju si kakek,dan ternyata dia tidak menemukan apa-apa.
                Saat melihat kejadian tersebut,nabi Musa protes kepada Allah SWT,”Ya Allah hamba sungguh tidak sabar melihat kejadian ini,namun hamba yakin Engkau maha adil,mengapa bisa seperti ini?”Tanya nabi Musa.Untuk menjawab pertanyaan Musa,Allah mengutus malaikat Jibril untuk menjelaskan apa yang terjadi.”Wahai musa,Allah maha mengetahui hal-hal ghaib yang tidak engkau ketahui,anak kecil itu sebenarnya mengambil haknya sendiri,dahulu ayahnya pernah bekerja pada penunggang kuda itu tetapi jerih payahnya tidak dibayarkan,jumlahnya sama persis dengan harta yang diambil anak itu.Sementara si kakek adalah orang yang membunuh ayah anak kecil itu sebelum mengalami kebutaan.
                Betapa pentingnya kita mengenal (Ma’rifah )kepada Allah,agar hati kita selalu berprasangka baik kepadaNya,sering karena keterbatasannya manusia tidak mampu membaca keadilan Allah secara tepat,dan mengganggap Allah tidak adil karena keputusannya merugikannya.
                Allah maha adil dan memberikan sesuatu kepada manusia dengan jalan terbaik menurut perhitunganNya bukan menurut nafsu dan kepentingan kita.Jadi tidak ada satupun ketentuan Allah yang gagal dan buruk,namun kitalah yag belum mengerti hakikatnya.
                “Boleh jadi kamu membenci sesuatu,padahal ia amat baik bagimu,dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu,padahal ia amat buruk bagimu.”(QS,Al-Baqarah 216)
               

Tidak ada komentar: