Tetap Bugar Di Usia Senja

Alhamdulillah lebaran tahun ini bisa mudik walaupun jauh di seberang pulau,dan konsekwensinya kantong jadi kurang sehat he…he…
Mudik kali ini agak sedih karena suami tidak bisa ikut,selain karena tidak bisa cuti panjang,beliau sudah tidak kebagian tiket murah (makumlah budgetnya terbatas,dan doi pesen tiketnya belakangan tunggu acc cuti dari bos-nya).Sempat heboh sih teman-teman saya,dikiranya kita lagi marahan…(wah kalau berantem model gini berat di ongkos hi..hi..).Lumayan panjang liburannya 20 hari,sempat mampir ke bandung,jakarta,yogyakarta dan ke kampung saya Gombong.

Ada yang menarik ketika kita silaturahmi ke tempat mbah,di sana ada 4 orang di sekitar rumah mbah yang usianya paling muda 82 th,dan yang paling tua 102 th,tadinya saya tidak terlalu memperhatikan,tetapi karena ayu membanjiri saya dengan pertanyaan-pertanyaan lugunya,so saya tergelitik ingin tahu juga.

Ayu : “Bu kenapa mbah A masih bisa jalan,padahal usianya lebih tua dari mbah B?
Ibu :” Mungkin karena mbah A suka olah raga waktu mudanya.”
Ayu : “Bu,Mbah C kok rambut putihnya sedikit,katanya lebih tua dari mbah A.

Begitulah kira-kira pertanyaan-pertanyaan si Ayu,saya dan ayu memang belum sempat bertemu dengan mbah D yang katanya berusia 102 th,masih bugar,tetap aktif buka warung,dan masih bisa ngitung duit hi..hi..,padahal mbah A yang usianya paling muda sudah pikun dan sudah tidak bisa jalan(boro-boro bisa ngitung duit,uang pensiunnya aja sering ggak jelas kemana larinya.) Konon katanya mbah A ini dulu hidupnya lebih mapan dari yang lain,dan terbiasa dengan pembantu,Mbah C yang ubannya lebih sedikit masih suka mencari kayu bakar sampai sekarang walaupun anaknya banyak yang sudah berhasil di jakarta,dan katanya lagi doyan makan sayuran,ayam pilih yang ayam kampung,telur juga,dan ibu saya bilang orang-orang ja-dul kebanyakan kalau makan ayam ya pas lebaran aja,kecuali yang tajir ya.
Bagaimanakah dengan saya,anda….seperti mbah manakah kita di usia senja nanti?